Nama : Raden Agoes Djajasoeminta
Lahir :Pandeglang, Banten, 1 April 1913
Wafat : Bogor, Jawa Barat, 24 April 1994
Pendidikan :
- · HIS (1926),
- · MULO (1930),
- · MLS (Sekolah Menengah Pertanian, tidak tamat),
- · HIK (1934),
- · Akademi Seni Rupa Amsterdam Belanda
Aktifitas Lain :
- · Pendiri dan Ketua Persagi, (193t-1942),
- · Kepala Sekolah,
- · Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa (1942-1945)
Pelopor pelukis dari tiga zaman ini dilahirkan di Pandeglang, Banten, 1 April 1913. Di zaman pendudukan Jepang, ia direkomendasikan oleh Bung Karno untuk menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa (1942-1945). Pada zaman revolusi kemerdekaan ia katif sebagai Kolonel Intel dan F.P (Persiapan Lapangan). Namun setelah kemerdekaan ia kembali aktif ke dunia senirupa.
Ada suasana magis terpancar dari warna biru dan merah Agus Djaya. Sosok-sosok penari yang tampil dalam lukisannya merupakan penampilan suasana ritual dari masyarakat yang maísih sangat dekat dengan alam. Warna biru dan merahnya seperti sudah menemukan karakter tersendiri, sehingga merupakan idiom yang khas dari Agus. Dunia pewayangan rupanya amat menarik hati pelukis kelahiran Pandeglang, Banten ini. Dalam kanvas-kanvasnya, apabila Agus mengerjakan obyek wayang, terasa ada kekayaan.
Kadang-kadang sambil bergurau, Agus menertawakan dirinya yang bekerja seni untuk seni, dengan mengorbankan karir sebagai calon jenderal. April 1976 ia berpameran tunggal di TIM, Jakarta. Yang pertama kali setelah absen berpameran tunggal selama 40 tahun. Lebih dari 70 buah lukisan dipajangnya. Tampak percobaan untuk beranjak dari seni-sosok menuju lukisan-lukisan yang sifatnya abstrak, atau semi-abstrak. Ia mencita-citakan lahirnya corak seni-lukis Indonesia yang khas. Bukan perbedaan-perbedaan bentuk, katanya, akan tetapi sari. Tetapi lebih penting dari itu adalah corak pribadi, tutor mantan tentara dengan 11 tanda jasa ini, ia lalu menyebut nama Affandi sebagai yang sudah punya corak kepribadian.
Sering berpameran baik itu di dalam maupun di luar negeri, didalam negeri seperti di Taman Ismail Marzuki, Balai Budaya, Museum Pusat, Mitra Budaya, Lembaga Indonesia (LIA), Oet’s fine art gallery, dll. Sedangkan pamerannya di luar negeri seperti di Stedelijk Museum Amsterdam, Galerie Barbison Paris, Grand Prix des Beaux Art Monaco, Biennale Sao Paolo Brazil, International Art Gallery Sydney dll. Ia berharap generasi muda Indonesia mampu memenuhi museum-museum yang penuh dengan koleksi senilukis sebagai ciri dari mutu seni budayanya sendiri.
Berikut beberapa lukisan karya Agus Djaya:
Agus Djaya
Traditional Dance Performance, 1984
Agus DjayaTarung, 1971
Agus Djaya
Tari Bali, 1976
Agus Djaya
Persembahan
Agus Djaya
Wiwaha, 1965
Agus Djaya
Wanita, 1971
Agus Djaya
Melasti, 1971
Agus Djaya
Medicijnman, 1971
Agus Djaya
Krishna & Radha, 1948
Agus Djaya
Dogs in Full Moon, 1976
Agus Djaya
Dewi
Agus Djaya
Dancers, 1953
Agus Djaya
Balinese girl, 1962
Agus Djaya
Sesajen
Agus Djaya
Man playing flute, 1942
Agus Djaya
Dancer, 1958–1959
0 komentar