Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Some Text

Newsletter

Subscribe Our Newsletter

Enter your email address below to subscribe to our newsletter.

Awesome Video

About Us


A Unique Magazine Blogger Template created with HTML5, jQuery and CSS3. We have added all the features which is essential to convert a odd looking blog into professional blog.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

About Me

Facebook

Popular Posts

Artikel Seni: Biografi Agus Djaya dan Beberapa Lukisan Karyanya

Diposting oleh Unknown Minggu, 09 Oktober 2016




Nama         : Raden Agoes Djajasoeminta
Lahir          :Pandeglang, Banten, 1 April 1913
Wafat         : Bogor, Jawa Barat, 24 April 1994
Pendidikan :
  • ·         HIS (1926),
  • ·         MULO (1930),
  • ·         MLS (Sekolah Menengah Pertanian, tidak tamat),
  • ·         HIK (1934),
  • ·         Akademi Seni Rupa Amsterdam Belanda

Aktifitas Lain :
  • ·         Pendiri dan Ketua Persagi, (193t-1942),
  • ·         Kepala Sekolah,
  • ·         Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa (1942-1945)


Pelopor pelukis dari tiga zaman ini dilahirkan  di Pandeglang, Banten, 1 April 1913.  Di zaman pendudukan Jepang, ia direkomendasikan oleh Bung Karno untuk menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa (1942-1945). Pada zaman  revolusi kemerdekaan ia katif sebagai Kolonel Intel dan F.P (Persiapan Lapangan). Namun setelah kemerdekaan ia kembali aktif ke dunia senirupa.
Ada suasana magis terpancar dari warna biru dan merah Agus Djaya. Sosok-sosok penari yang tampil dalam lukisannya merupakan penampilan suasana ritual dari masyarakat yang maísih sangat dekat dengan alam. Warna biru dan merahnya seperti sudah menemukan karakter tersendiri, sehingga merupakan idiom yang khas dari Agus. Dunia pewayangan rupanya amat menarik hati pelukis kelahiran Pandeglang, Banten ini. Dalam kanvas-kanvasnya, apabila Agus mengerjakan obyek wayang, terasa ada kekayaan.
Kadang-kadang sambil bergurau, Agus menertawakan dirinya yang bekerja seni untuk seni, dengan mengorbankan karir sebagai calon jenderal. April 1976 ia berpameran tunggal di TIM, Jakarta. Yang pertama kali setelah absen berpameran tunggal selama 40 tahun. Lebih dari 70 buah lukisan dipajangnya. Tampak percobaan untuk beranjak dari seni-sosok menuju lukisan-lukisan yang sifatnya abstrak, atau semi-abstrak. Ia mencita-citakan lahirnya corak seni-lukis Indonesia yang khas. Bukan perbedaan-perbedaan bentuk, katanya, akan tetapi sari. Tetapi lebih penting dari itu adalah corak pribadi, tutor mantan tentara dengan 11 tanda jasa ini, ia lalu menyebut nama Affandi sebagai yang sudah punya corak kepribadian.
 Sering berpameran baik itu di dalam maupun di luar negeri, didalam negeri seperti di Taman Ismail Marzuki, Balai Budaya, Museum Pusat, Mitra Budaya, Lembaga Indonesia (LIA), Oet’s fine art gallery, dll. Sedangkan pamerannya di luar negeri seperti di Stedelijk Museum Amsterdam, Galerie Barbison Paris, Grand Prix des Beaux Art Monaco, Biennale Sao Paolo Brazil, International Art Gallery Sydney dll. Ia berharap generasi muda Indonesia mampu memenuhi museum-museum yang penuh dengan koleksi senilukis sebagai ciri dari mutu seni budayanya sendiri.

Berikut beberapa lukisan karya Agus Djaya:


Agus Djaya
Traditional Dance Performance, 1984

Agus DjayaTarung, 1971


Agus Djaya

Tari Bali, 1976


Agus Djaya
Persembahan

Agus Djaya
Wiwaha, 1965

Agus Djaya
Wanita, 1971

Agus Djaya
Melasti, 1971

Agus Djaya
Medicijnman, 1971

Agus Djaya
Krishna & Radha, 1948

Agus Djaya
Dogs in Full Moon, 1976

Agus Djaya
Dewi

Agus Djaya
Dancers, 1953

Agus Djaya
Balinese girl, 1962

Agus Djaya
Sesajen

Agus Djaya
Man playing flute, 1942


Agus Djaya
Dancer, 1958–1959

0 komentar

Posting Komentar

Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates